Debit Mulai Brantas Menurun, Satu Sumber Sudah Mati


Musim kemarau di Kota Batu mempengaruhi jumlah debit air beberapa sumber mata air di sekitar hulu sungai Brantas di Desa Brantas. Bahkan, ada sumber mata air yang mati akibat perubahan peruntukan lahan pertanian.

Hal itu terungkap saat Camat Bumiaji, Bambang Parianom bersama Kades, BPD Sumber Brantas, dan tim perhimpunan pendaki gunung, penjelajah dan pecinta alam Top Mountain Strangers 7 Malang, melakukan penulusuran sumber mata di hulu sungai Brantas selama dua hari mulai kemarin hingga hari ini.

“Kami ingin mengetahui bagaimana kondisi sumber mata air di daerah hulu saat musim kemarau. Posisi daerah hulu sungai Brantas itu sangat vital dan strategis, karena mengaliri 2/3 wilayah di Jawa Timur,” kata Camat Bumiaji, Bambang Parianom kepada Malang Post, kemarin.

Hari pertama kemarin, tim yang dipimpin mantan Kadispenduk Capil Naker Kota Batu itu menelusuri tiga sumber mata air di Sumber Brantas, mulai dari sumber air panas, sumber pesanggrahan I dan II. Meski namanya sumber mata air panas, air yang keluar tidak panas. Jumlah debitnya cukup besar untuk digunakan masyarakat tiga dusun, Dusun Krajan, Jurang Kuali dan Lemah Putih. Air yang dialirkan itu tidak hanya untuk kebutuhan rumah tangga, tapi juga untuk kebutuhan pertanian masyarakat. Hanya saja, di atas sumber mata air itu ada sumber mata air lain yang debitnya tidak begitu besar dsan kini sudah , akibat peralihan peruntukan lahan untuk pertanian.

Kondisi sumber mata air Pesanggrahan II debitnya lebih kecil hanya dialirkan untuk kebutuhan 11 KK. Berbeda dengan sumber mata air Pesanggrahan I yang dapat memenuhi kebutuhan air bersih hingga 81 KK.

“Kondisi bak penampung di sumber mata air panas perlu renovasi dan sentuhan teknologi agar dapat diatur dengan baik untuk memenuhi masyarakat. Kami akan bekerjasama dengan ITN untuk sentuhan teknologinya,” ungkap Camat yang peduli lingkungan itu.

Selain itu, perlu dilakukan konservasi hutan dan lahan di sekitar sumber mata air, untuk menjaga kelestarian mata air saat kemarau. Masyarakat sekitar juga perlu dilibatkan dalam pola tanam yang mendukung konservasi alam. Jika tidak, nasib sumber mata air di daerah hulu Brantas terancam hilang.
“Dalam penelusuran itu, kami melakukan pemetaan terhadap lahan dan hutan yang perlu konservasi. Saat musim hujan, kami akan menggandeng semua pihak yang peduli untuk melakukan konservasi menjaga kelestarian alam Bumiaji,” tandasnya. (aim) (Muhaimin/malangpost)

Tinggalkan komentar

Filed under Batu, Indonesia, Malang Raya

Tinggalkan komentar