SURABAYA – Kerja keras petugas kesehatan di daerah dalam menemukan kasus kaki gajah atau filariasis membuahkan hasil. Ditemukan tiga penderita kaki gajah di tiga tempat. Satu orang penderita ditemukan di daerah Situbondo, satu orang di Probolinggo, dan satu orang di Madiun.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim Setyo Budiono menyatakan, penderita kaki gajah di Jatim pada Maret lalu berjumlah 358 orang (1930– 2014) dan pada September ini angkanya merangkak naik jadi 361 orang.
Bertambahnya jumlah penderita kaki gajah menandakan bahwa kinerja petugas kesehatan di puskesmas berhasil.
Sebelumnya, banyak penderita kaki gajah di daerah tidak mau memeriksakan diri dan melaporkan penyakitnya kepada petugas kesehatan. “Kami berharap, masyarakat yang terkena penyakit kaki gajah segera melaporkan penyakitnya ke petugas kesehatan atau puskesmas dan rumah sakit. Jika tidak, penderita kaki gajah akan sulit disembuhkan,” kata Setyo.
Menurut Setyo, rata-rata penderita kaki gajah yang ditemukan di lapangan sudah parah dan sakit lebih dari lima tahun. Jika penderita kaki gajah lama tidak ditangani dan diobati, akan terjadi cacat permanen. “Hampir semua kasus kaki gajah yang terjadi di daerah sudah parah dan stadium penyakitnya sudah lanjut,” tuturnya.
Penderita enggan melapor dan berobat di puskemas karena merasa tidak perlu memeriksakan penyakitnya.
Penderita merasa bahwa penyakitnya biasa dan tidak berbahaya sehingga lupa pada risiko yang disebabkan cacing filaria. Menurut dia, cacing filaria yang menjangkiti penderita kaki gajah terdiri atas tiga macam. Yaitu, Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. (han/c1/hen)